Selasa, 12 Agustus 2008

Sejenak Untuk Merenung

Perjalanan pergi dan pulang dari kantor merupakan suatu waktu yang mungkin dapat dikatakan sebagai waktu yang paling membosankan dalam aktifitas sehari-hari kita. Wajar…!!! Yup that’s right…Wajar adalah kata yang tepat. Bagaimana tidak, dengan kondisi jalanan Ibukota kita tercinta ini dimana jalan tikus maupun jalan gajahnya hampir dapat dipastikan mengalami kemacetan yang membuat para pengguna jalan di ibukota ini banyak merasakan hal-hal yang seharusnya mereka tidak rasakan.

Daripada kita selalu mengeluh dengan segala kondisi diatas, yang notabene hal itu tidak dapat membawa perubahan atau manfaat buat diri kita apalagi orang lain maka hal yang saya cukup pandang dan mungkin menarik untuk dibagi yaitu dengan memanfaatkan waktu-waktu itu untuk sekedar melakukan aktivitas perenungan sejenak. Perenungan yang dapat mendekatkan kita kepada Pencipta kita, Perenungan yang dapat menumbuhkan cinta kita kepada Yang berhak untuk di Cintai, sehingga kita selalu rindu untuk berjumpa denganNya.

Hari ini, pada saat pulang kantor ada suatu perenungan yang menarik, dimana pada perjalanan tadi saya mengingat tausiyah dari salah seorang guru saya, Ust. Arifin Ilham, beliau mengatakan dalam suatu tausiyahnya :

Sungguh…!!! Menanglah….!!! Sukseslah…!!! Beruntunglah…!!!
Orang-orang yang mensucikan dirinya dengan dzikir dan sholat
Kecuali orang-orang yang terpedaya dengan kehidupan dunia
Lalu ia lalai dari dzikirnya

Subhanallah, Orang-orang beriman,
Hidupnya tidak untuk hidup, tapi hidupnya untuk Maha Hidup
Hidupnya bukan untuk mati, tapi justru mati itulah hidup

Hidupnya untuk Maha Hidup
Dia tidak takut mati, dia tidak cari mati dan dia tidak lupakan mati
Tapi justru dia rindukan mati, Mengapa…..???
Karena mati bukanlah wafat
Karena mati bukanlah akhir dalam kehidupan ini ,tapi awal kehidupan sebenarnya
Karena mati satu-satunya pintu berjumpa denganNya

Saat berjumpa,
Itulah kebahagiaan bagi orang-orang beriman yang diberi hidayah oleh Allah.


Duh nikmatnya jadi orang yang beriman, Moga kita semua diberikan nikmat untuk berjumpa dengan Allah. Amiin.

Helmi Harris
12 Agt 2008
My Room-Jkt

Sabtu, 02 Agustus 2008

Wahai Anakku (Bab II)

Teman-temanku sehati dan secinta,

Sebelumnya telah dipaparkan nasihat pertama dari Imam Ghazali kepada muridnya yaitu ”Janganlah Niat Menuntut Ilmu untuk Mencari Keduniaan”. Dan untuk menyambung tulisan nasihat-nasihat beliau rahimahullah, saya tuliskan lanjutan nasihat beliau yang kedua. Mudah-mudahan bisa menjadi manfaat dan menjadi bahan muhasabah buat kita semua.

SELAMAT MENIKMATI... ...!!!

2. Ingatlah akan Kubur

Wahai Anakku,

Jadikan cita-citamu yang kuat itu merasuk dalam jiwamu. Kalahkan hawa nafsumu. Kematian itu hanya berada di badan, karena sesungguhnya tempatmu kembali yang sebenarnya adalah kubur dan ahli kubur senantiasa menunggu kedatanganmu setiap saat. Takutlah engkau ! Takutlah apabila engkau datang kepada ahli kubur tanpa membawa bekal.

Abu Bakar r.a berkata : ”Tubuh itu ibarat sarang burung atau kandang hewan ternak, maka renungkanlah, termasuk golongan manakah engkau ?

Jika engkau termasuk golongan burung yang terbang tinggi, maka ketika kamu mendengar suara panggilan : ”Wahai Nafsu, kembalilah kepada Tuhanmu” tentu kamu akan terbang tinggi untuk duduk ditempat yang luhur di surga sebagaimana yang dikatakan Rasulullah SAW :
” ’Arsy menjadi goncang karena kematian Sa’ad bin Mu’adz”

Na’udzu billahi min dzalik, jika engkau termasuk golongan binatang ternak sebagaimana yang dikatakan oleh Allah dalam firmanNya :
”Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.” (QS: AL A’raf (7): 179)

Jika demikian keadaanmu, maka dapat dipastikan bahwa engkau akan beralih dari dunia ini kedalam jurang neraka.

Dikisahkan bahwa suatu hari Hasan Basri diberi minuman air dingin, lalu ia mengambil gelas hendak meminumnya. Tiba-tiba ia pingsan dan gelas yang ada ditangannya itu pun jatuh. Ketika sadar, ia lantas ditanya: ” Wahai Abu Sa’id (julukan Hasan Basri), apa yang terjadi pada dirimu?” Ia menjawab : ”Aku ingat apa yang diharapkan oleh ahli neraka kepada ahli surga: ”Tuangkanlah air atau rizqi pada kami atas apa yang telah diberikan Allah kepada kalian”

"Bersambung ke Nasihat 3...."


Wahai Anakku (Bab I)

Temen-temen, tulisan ini merupakan suatu intisari dari sebuah terjemahan kitab kecil yang berjudul Wahai Anakku (Ayyuhal Walad), yang berisi hal-hal yang sangat dahsyat untuk kita sebagai anak, calon orangtua, maupun bapak atau ibu. Kitab ini juga sangat berguna untuk kita sebagai penuntut ilmu, pekerja, dan hamba yang selalu butuh Penciptanya. Dan tidak bisa dipungkiri kedahsyatan isi kandungan kitab ini tak lepas dari peranan sang penulis yang memang telah cukup banyak mengeluarkan kitab2 dahsyat lainnya, Beliau adalah Syekh Al Imam Zinuddin Hujjatul Islam Abu Hamid ibnu Muhammad Al Ghazali

Kitab ini membahas 10 Nasihat dari Imam Ghazali kepada muridnya, dan insyaallah saya akan menuliskan dan menyampaikan tidak secara langsung tetapi satu per satu nasehat.

Mudah-mudahan ini bermanfaat bagi kita semua, bagi siapapun tanpa terkecuali.

Selamat Menikmati .!!!


Muqaddimah

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Akhir kebaikan tetap berada ditangan orang-orang yang bertakwa. Semoga sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Allah, yaitu Muhammad SAW, dan semoga rahmat Allah terlimpahkan pula kepada seluruh keluarganya.

Ada seorang pelajar yang tekun dan sabar melayani gurunya yang bernama Syekh Al Imam Zinuddin Hujjatul Islam Abu Hamid ibnu Muhammad Al Ghazali. Pelajar tersebut senantiasa menghabiskan waktunya untuk menggali berbagai ilmu dan sering membaca kitab dihadapan gurunya, Al Ghazali, sampai ia berhasil menyerap berbagai cabang ilmu. Ia juga menyempurnakan bermacam-macam amalan utama untuk dirinya.

Pada suatu hari saat si pelajar sedang sendirian, ia merenungkan keadaan dirinya, lalu berkata dalam hati : ”Aku telah berhasil membaca berbagi ilmu, Aku juga telah menghabiskan umurku untuk belajar dan mengumpulkan ilmu-ilmu itu. Sekarang yang paling baik untukku adalah mengetahui jenis-jenis ilmu yang bermanfaat buatku untuk hari esok serta yang dapat membahagiakanku didalam kuburku nanti. Adapun ilmu-ilmu yang tidak bisa memberi manfaat buat diriku, maka ilmu itu akan kutinggalkan sebagaimana yang disabdakan oleh rasulullah SAW :
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat”

Angan-anganku ini senantiasa menjadi beban pikiranku sampai akhirnya aku berkirim surat kepada guruku, Al Ghazali, untuk mendapatkan fatwa darinya serta untuk menanyakan berbagai masalah, juga untuk mengharapkan nasihat dan do’a dari beliau.

Dan Imam Ghazali pun menulis surat jawaban yang berisikan 10 nasihat sebagaimana yang dikehendaki oleh muridnya. Wallahu a’lam.

Adapun isi surat tersebut adalah sebagai berikut :

Camkanlah Nasihat Ini

Ketahuilah wahai anakku tercinta dan mulia, semoga Allah memberimu usia panjang dengan taat kepadaNya. Semoga Allah juga melapangkan jalanmu sebagaimana jalan para kekasihNya. Sesungguhnya keterangan mengenai nasihat sudah kutulis dalam beberapa risalah dan sudah kusampaikan kepadamu, lantas nasihatku yang mana yang kau kehendaki? Jika nasihat-nasihatku itu masih belum dirasa cukup, katakanlah kepadaku apa yang kau hasilkan dalam belajar tahun yang lalu.

Wahai anakku, yang termasuk bagian dari nasihat adalah apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada ummatnya, bahwa beliau pernah bersabda :
Tanda berpalingnya Allah SWT dari seorang hamba adalah disibukkannya hamba tersebut dengan sesuatu yang tidakbermanfaat bagi dirinya. Orang yang kehilangan masa usianya yang tidak digunakan untuk ibadah, maka pasti ia akan mengalami penyesalan yang berkepanjangan. Barangsiapa sudah berumur 40 tahun, diomana kebaikannya tidak bisa menutupi keburukannya, maka bersiap-siaplah ia masuk kedalam neraka”

Nasihat ini sudah cukup bagi orang-orang yang berilmu. Wahai anakku, nasihat itu mudah, yang sulit adalah menerima dan menjalankan nasihat tersebut. Bagi orang yang suka menuruti hawa nafsunya, nasihat itu terasa sangat pahit, karena hal-hal yang dilarang agama sangat disukai dalam hatinya.

1. Janganlah Niat Menuntut Ilmu untuk Mencari Keduniaan

Wahai anakku, berapa banyak malam yang kau gunakan untuk mempelajari ilmu sampai engkau haramkan dirimu tidur. Aku tidak mengerti apa yang menyebabkan dirimu bersemangat dalam belajar. Jika semangatmu dalam belajar untuk tujuan mencari materi atau menarik kebutuhan duniawi atau meraih kedudukan dalam hal pangkat keduniaan atau digunakan untuk kebanggan diri dihadapan teman-temanmu, maka kerusakan diri pasti akan kau rasakan.

Jika niat belajarmu semata-mata untuk menghidupkan syariat Allah dan membersihkan akhlakmu serta mengalahkan nafsu amarah yang selalu mengajak pada perbuatan jahat, engkau tentu akan merasakan kebahagiaan dan keuntungan.

Benar apa yang dikatakan orang yang melagukan suatu syair :

Tidak terpejamnya mata dalam beberapa malam

Untuk tujuan selain Allah adalah sia-sia

Menangisnya mata

Untuk tujuan selain Allah adalah tiada guna

Wahai anakku,

Hiduplah menurut apa yang kau hendaki

Tetapi ingatlah bahwa engkau pasti akan mati

Bersenang-senanglah terhadap apa yang engkau inginkan

Tetapi ingatlah dirimu pasti berpisah dengannya

Lakukanlah perbuatan sesuka hatimu

Nanti engkau akan merasakan pembalasannya

Wahai anakku, ketahuliah ilmu yang tidak bisa menjauhkan dirimu dari dunia ini berarti tidak bisa menjauhkanmu dari kemaksiatan dan tidak dapat mendorongmu semakin taat kepada Allah. Ilmu seperti ini juga tidak bisa menyelamatkanmu dari jilatan neraka Jahannam.

Jika ilmumu tidak kau amalkan pada hari ini sampai terlewatkan dalam beberapa hari, tentu pada hari Kiamat nanti engkau akan berkata :

”Kembalikan aku ke dunia! Aku akan melakukan amal shalih” Lalu dikatakan kepadamu: ”Wahai orang bodoh, kamu datang kemari berasal dari dunia”

"Bersambung ke Nasihat 2...."

Menjual JUJUR Mengundang BERKAH

Suatu hari ada seorang konsumen mendatangi showroom motor bekas, dimana kedatangan sang konsumen tersebut didorong oleh rasa keingintahuannya terhadap motor yang diiklankan oleh pemilik showroom. Tanpa basa-basi konsumen tersebut langsung bertanya mengenai kondisi dari motor yang ditaksirnya. Maka sang tenaga penjual pun mendeskripsikan kondisi motor tersebut. Begini deskripsinya : ”Pak, Motor ini sekarang sudah tangan kedua (sudah ada dua pemakai sebelumnya), jika bapak lihat STNK nya maka masa berlakunya hanya tinggal beberapa bulan lagi jadi harap bapak perhitungkan mengenai biaya yang akan keluar untuk biaya pajaknya, kondisi garpu depan dari motor tersebut sudah diganti dengan yang baru karena pernah mengalami jatuh sehingga garpu yang lama sudah tidak layak pakai lagi, dengan segala kondisi yang ada motor ini masih layak dipakai dan digunakan dengan normal, saya sebagai jaminannya”. Kontan saja bapak itu mengernyitkan dahinya ketika selesai mendengar penjelasan dari tenaga penjual itu, dan Alhasil bapak tersebut tidak jadi membeli motor tersebut. Bapak itu pun pulang dengan tangan kosong, tetapi di perjalanan tiba-tiba bapak tersebut menghubungi kembali sang tenaga penjual, bukan untuk membeli motor yang dilihatnya tetapi menawarkan posisi Marketing Manager di perusahaannya. Hal ini semata-mata hanya disebabkan oleh cara menjual sang tenaga penjual tersebut yang mengedepankan kejujuran dalam menjual.

Dari cerita ini kita bisa mendapatkan insight bahwa ketika kita menjual maka selain kualitas barang/jasa yang kita tawarkan, ada unsur reputasi diri kita yang kita pertaruhkan melalui cara menjual kita. Reputasi inilah yang akan membuat kesan mendalam bagi calon konsumen kita. Dan salah satu hal yang dapat meningkatkan reputasi kita dihadapan calon konsumen adalah KEJUJURAN. Perlu diingat bahwa setiap orang baik bahkan penjahat sekalipun sangat menyukai orang yang jujur. Nah, jika setiap orang mencari-cari orang yang JUJUR kenapa kita tidak menjadi orang yang JUJUR sehingga kita selalu dicari-cari oleh setiap orang.

Selamat menjadi orang JUJUR sampai Mati…………!!!

Salam Hebat,

Helmi Harris
May 28th 2007, 23:11 WIB
My Room – Jakarta
Best of Yovie Widianto menjadi teman